Surabaya, Kampus Ursulin, Sanmaris, Jumat, 25 April 2025 pukul 10.30 WIB, di Kapela Biara Santa Maria, untaian doa-doa kecil melambung ke surga. Anak-anak KB-TK Santa Maria berkumpul dalam kesederhanaan dan ketulusan untuk mendoakan Bapa Paus Fransiskus yang telah berpulang ke rumah Bapa di surga. Dengan nyanyian sederhana, cahaya lilin yang tenang dan gambar Sri Paus yang diletakkan di atas altar, anak-anak diajak mengenang dan menghormati sosok gembala yang penuh kasih. Suasana doa penuh ketulusan dan kehangatan khas anak-anak.
Doa ini dipimpin oleh Ibu Irene Harjanti; guru kelas TK B2 tahun ajaran 2024-2025. Bu Irene, biasa beliau disapa, mengawali ibadat ini dengan pertanyaan sederhana kepada anak-anak, “Siapa itu Bapa Paus?” Dengan semangat polos, beberapa anak menjawab, “Bapa Paus adalah pemimpin tertinggi dalam Gereja Katolik,” dan yang lain menjawab, “Bapa Paus tinggal di Vatikan.” Jawaban-jawaban itu membuat kami semua bangga, sekaligus menyadari: anak-anak ini mulai mengenal gembalanya, meski dari kejauhan.
Dalam doa tersebut, Ibu Irene menyampaikan pesan perumpamaan yang pernah disampaikan oleh Bapa Paus Fransiskus semasa hidupnya: “Hiduplah seperti pohon yang tidak memakan buahnya sendiri, melainkan memberi kepada sesama.” Pesan ini mengajak kita semua termasuk anak-anak untuk menjadi pribadi yang memberi, berbagi, dan hadir bagi orang lain. Paus Fransiskus tidak hanya berkata, ia telah melakukannya: hidup bagi Gereja, bagi orang miskin, bagi dunia.
“Janganlah marah terus-menerus. Jika kamu ingin menangis, menangislah. Menangis itu tidak menyakiti siapa-siapa. Menangis bisa membuat hatimu lebih lega”, ungkap bu Irene yang mengutip pesan Bapa Suci Fransiskus. Pesan ini sederhana namun dalam. Melalui pesan itu, beliau mengajarkan bahwa menjadi manusia berarti berani jujur dengan perasaan, dan bahwa kelembutan adalah kekuatan.
Pada penghujung doa, anak-anak diberi kesempatan untuk maju ke altar, satu per satu, untuk menghormati Bapa Paus Fransiskus. Dengan langkah kecil, mereka menatap gambar Bapa Paus Fransiskus yang tersenyum lembut dari altar. Anak-anak diajarkan untuk mengatakan dalam hati mereka masing-masing: “Selamat jalan, Bapa Paus. Doakan kami ya…” Momen ini menjadi sangat mengharukan. Sebuah pelajaran iman tentang bagaimana mencintai dan menghormati pemimpin rohani, meski mereka jauh secara fisik.
Semoga anak-anak terus tumbuh dalam kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari Gereja Katolik yang besar dan universal. Bahwa mereka memiliki seorang Gembala, dan bahwa mendoakan sang Gembala adalah ungkapan iman. Semoga benih kasih akan Gereja tumbuh dalam hati mereka.
Salam SERVIAM!
Penulis: Aleksia, OSU