Surabaya, Kampus Ursulin – Sanmaris. Lomba Asah Terampil tingkat PAUD yang diselenggarakan Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya bukan sekadar ajang kompetisi.
“Boleh kami main di sini? Pak beli sayurnya, Aku juga beli, Pak,” seru anak-anak yang mengunjungi karya kami. “Iya-iya,” jawab Paundra dengan semangat. Hari itu menjadi panggung kecil bagi Paundra dan Alex untuk belajar, berkreasi, dan berteman. Dari 50 peserta yang tampil, satu penampilan menonjol bukan karena medali, melainkan karena kekuatan sosial dari sebuah karya sederhana: maket pertokoan “SanMar Trade Center” buatan TK Santa Maria.

Karya maket itu dibuat dari jerigen bekas yang diubah menjadi bangunan mini toko baju, tanaman, roti, buku, serta sayur-buah-buahan. Maket ini dirancang sebagai media bermain peran kecil. Ide ini menonjol karena dua hal: nilai edukatifnya tentang pengolahan sampah dan potensinya sebagai ruang bermain kolaboratif bagi anak-anak.

Paundra dan Alex adalah dua pembuat utama maket tersebut. Keduanya sibuk menata etalase kecil dan menyiapkan alat peraga jelang presentasi. Sayangnya, saat giliran tampil, Alex jatuh sakit sehingga Paundra harus menjelaskan sendiri. Dengan tenang, Paundra menerangkan fungsi tiap toko dan bagaimana teman-teman bisa bermain peran di sana. Meskipun terpaksa tampil sendiri, Paundra mendapat kejutan manis: banyak anak peserta lain yang tertarik datang ke meja mereka.

Momen itulah yang membuat “SanMar Trade Center” jadi cerita paling hangat hari itu. Anak-anak dari berbagai TK berkumpul, saling bergantian memainkan peran penjual dan pembeli, menukar barang mainan, dan tertawa bersama. Interaksi spontan ini menunjukkan bahwa nilai sebuah karya tak selalu diukur dari piala, melainkan dari sejauh mana karya itu mengundang keterlibatan, imajinasi, dan persahabatan.
Beberapa hal menarik yang tercatat dari penampilan TK Santa Maria:
Walau kami tidak masuk daftar pemenang, pengalaman yang diperoleh jauh melampaui hasil lomba. Panitia dan para juri memuji ide kreatif dan kemampuan Paundra menjelaskan karya sendirian dengan penuh percaya diri. Saya sebagai guru pendamping merasa bersyukur bahwa anak yang ikut lomba pulang tidak hanya membawa pengalaman kompetitif, tetapi juga cerita tentang persahabatan baru dan kegembiraan bermain bersama.
Penulis: Tari - Guru KB-TK Santa Maria Surabaya